Kesalahan Penggunaan AC dan Fakta Tentang AC

22 september 2010

Di Artikel ini anda akan menemukan jawaban yang benar dari pertanyaan-pertanyaan umum yang sering diajukan kepada  kami dan kami akan membuka semua mana yang hanya mitos atau omong kosong dan mana yang benar-benar fakta. Semoga anda dapat menjadi konsumen yang tidak lagi dengan mudah ditipu oleh segala jenis marketing gimmick atau tehnik-tehnik marketing yang hanya membuat para pabrik AC maupun Toko AC menjadi untung lebih banyak tetapi konsumen yang dirugikan.
Sekarang kami menjelaskan hubungan antara suhu pada remote, suhu pada unit Indoor AC dan suhu luar ruangan (luar rumah atau kantor).
Suhu yang tertera di remote apabila anda menaikan atau menurunkannya, misalnya katakan saja 18 derajat, maka termometer yang berada di unit Indoor AC akan diberi tahu oleh komputer bahwa pengguna AC yaitu anda menginginkan suhu ruangan sebesar 18 derajat. Setelah itu AC dan kompressornya akan bekerja secara terus menerus / kontinu untuk berusaha mendinginkan ruangan hingga tercapai suhu 18 derajat. Nah kondisi suhu ruangan 18 derajat ini tidak akan pernah tercapai di hari siang terik dimana suhu luar rumah bisa mencapai 32 – 36 derajat celsius. Kondisi ruangan berada pada suhu hanya 18 derajat pun hampir tidak akan pernah tercapai walaupun keadaan di subuh pagi dimana suhu luar rumah bisa mencapai 24 – 25 derajat.
Intinya adalah, suhu remote terendah 20 derajat seperti yang AC Panasonic (dahulu bernama AC National) lakukan dulu sudah dipikirkan secara masak-masak oleh sang produsen AC di Jepang sebagai suhu yang paling nyata dapat dicapai pada malam hari untuk ruangan. Dan karena kualitas AC Panasonic sudah terbukti dapat bertahan walau dipakai selama 15 tahun sekalipun bahkan lebih, membuat AC Panasonic menjadi market leader di Indonesia bahkan di dunia. Nah untuk merebut pasar AC Panasonic, para kompetitor mulai memikirkan cara untuk merebut kue pasar tersebut.
Oleh karena itu tehnik marketing terbesar pertama di dunia AC adalah membuat suhu remote AC mereka menjadi mampu menampilkan angka 16 derajat. Kejadian ini banyak membuat para konsumen berpikir bahwa AC Panasonic menjadi kurang atau kalah dingin dari AC merk lain yang remotenya menyediakan angka 16 derajat dan ini berdampak pada penjualan AC Panasonic secara global pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya.
Untuk mengimbangi tehnik marketing yang luar biasa berhasil ini, mau tidak mau AC Panasonic pun pada akhirnya ikut membuat remote AC yang mampu menampilkan 16 derajat. Perlu anda ketahui AC Panasonic adalah AC merk terakhir yang menyediakan setelan suhu 16 derajat pada remote mereka.
Mengapa kami menceritakan hal ini? karena semua hal mitos AC dan salah kaprah penggunaan AC serta tehnik penghematan listrik dalam penggunaan AC sebenarnya berasal dari cerita diatas.

Kesalahan pengguna dalam mengoperasikan AC:

1. Menyetel suhu remote AC mereka di 16 derajat dengan kecepatan kipas / fan maksimum. Ini adalah kesalahan terbesar yang dapat dilakukan oleh para pengguna AC. Mengapa? Karena pada saat pengguna menyetel AC mereka dengan suhu 16 derajat, maka berani dijamin kalau kompressor AC anda akan bekerja terus tidak pernah mati karena hampir bisa dikatakan mustahil ruangan anda dapat mencapai suhu 16 derajat apalagi kita tinggal di negara dengan iklim tropis seperti di Indonesia. Hal ini akan berdampak pada keborosan pemakaian listrik anda, karena seharusnya kompressor AC dapat beristirahat dan tidak menggunakan listrik pada saat suhu ruangan sudah sama dengan suhu pada remote.
2.Jangan  Langsung menyalakan kembali AC anda setelah dimatikan. Apabila terjadi listrik rumah anda turun atau lebih sering dikenal dengan sebutan “listrik jegleg” atau anda juga tanpa sengaja mematikan AC melalui remote, maka JANGAN PERNAH langsung menyalakan kembali AC anda. Tunggulah minimal 1 menit sebelum anda menyalakan kembali AC anda. Hal ini untuk memberikan waktu kompressor AC beristirahat sebelum bekerja kembali supaya kompressor AC dapat menjadi lebih awet.
3.Dan jangan lupa perawatan unit AC setiap 3 bln sekali.hal ini dilakukan agar ac lebih awet dalam penggunaannya dan tidak cepat rusak karena ac yg bersih akan mengurangi daya listrik yang terpakai dan hal ini pula dapat mengurangi pemakaian listrik.

Tips memilih AC (air conditioning) untuk rumah
oleh: ardi

Ketika kita ingin membeli AC untuk melengkapi rumah, kita sering bingung dalam menentukan AC merk apa dan berapa PK yang ingin kita beli. Untuk membantu para pembaca, di bawah ini diberikan tips praktis sebagai bahan untuk memutuskan.

Berapa PK AC yang akan kita beli?
Sebenarnya kemampuan mendinginkan ruangan bukan ditentukan oleh ”berapa PK” nya itu sendiri. Karena cooling capacity dari AC di pasaran sering ditunjukkan dengan satuan btu/h. Sedangkan satuan PK awalnya adalah untuk menunjukkan berapa energie yang diserap oleh kompressor dalam bekerja. Namun dalam perkembangannya PK sering dijadikan ”ukuran” besarnya AC itu sendiri, hal yang tidak sepenuhnya salah tapi tidak benar benar tepat.

Misal:
AC 1 PK merk X mempunyai kapasitas 10.000 btu/h dan power consumption 1200 watt

Kalau kita lihat data di atas, penamaan 1 PK sebenarnya tidak tepat, karena menurut konversi unit satuan 1 PK = 2.544 btu/h = 746 watt.
Penulis menduga, penamaan 1 PK hanyalah sekedar penamaan yang diambil dari besarnya motor yang dipakai untuk menggerakkan kompressor pada AC.

Di pasaran, kita akan menemukan data kapasitas AC rata rata sebagai berikut:
½ PK » 5000 btu/h
¾ PK» 7000 btu/h
1 PK » 9000 btu/h
2 PK » 16.000 btu/h
3 PK » 24.000 btu/h

Para praktisi biasanya memakai patokan mudah untuk rumah/ kantor bahwa 1 m² ruangan membutuhkan kapasitas sekitar 500 - 600 btu/h. Dengan demikian anda bisa menghitung sendiri kebutuhan ruangan anda, yaitu luas ruangan x 500 btu/h untuk ruangan dengan aktifitas rendah di dalamnya atau luas ruang x 600btu/h untuk ruangan dengan aktifitas tinggi.
Contoh:
Anda mempunyai ruang tamu yang luasnya 4m x 4m= 16m². Dengan demikian, kapasitas yang anda perlukan adalah 16 x 500 btu/h = 8000 btu/h.
Berarti anda perlu memasang AC 1 PK

Merk apa yang akan kita beli ?
Di dalam menentukan merk, kita jangan tergiur oleh murahnya harga beli. Sebab di pasaran kita akan menemukan AC ½ PK merk tertentu yang konsumsi dayanya hanya 340 Watt, sementara AC ½ PK merk lain konsumsi dayanya 800Watt.
Sudah tentu AC ½ PK yang pertama yang konsumsinya hanya 340 Watt harga belinya lebih mahal dibanding yang kedua. Namun kalau kita mau menghitung selisih harga dengan biaya listrik yang dibutuhkaan, kita akan berpikir ulang untuk memilihnya.

Contoh riil di pasaran:
AC ½ PK merk A konsumsi dayanya 355Watt dengan harga beli Rp.2.450.000,-
AC ½ PK merk B konsumsi dayanya 800Watt dengan harga beli Rp.2.000.000,-
Dua duanya mempunyai kapasitas yang sama yaitu 5000btu/h

Kalau kita hanya melihat harga tentu kita akan memilih AC B yang harganya lebih murah.

Namun kalau kita mau sedikit berhitung, selisih konsumsi daya 800W-355W = 445 Watt harus kita bayar lebih mahal setiap bulannya. Kalau kita asumsikan sehari AC dihidupkan 10 jam dan harga per kWh PLN = Rp 500,- (tarif gol. R1-2200), maka per harinya kita sudah membayar 0,445kWh x 10 jam x Rp 500,- = Rp.2.225,- lebih mahal.

Dengan demikian dalam sebulannya kita membayar 30xRp.2.225,- = Rp. 66.750,- jumlah yang cukup fantastik bukan....??

Artinya, selisih harga Rp.450.000,- itu akan kembali dalam waktu kurang dari 7 bulan.

So..., Semoga berikutnya anda tidak bingung lagi dalam memilih AC untuk menyamankan ruangan anda, dengan pertimbangan rupiah yang benar.


KESUKSESAN SEBANDING DENGAN KEBERANIAN

Hati adalah kunci keberhasilan hubungan manusia dengan Tuhannya. Karena hati adalah tempat bersemayamnya Iman, dengannya kita bisa berkomunikasi dengan sang Khaliq. Hati juga menjadi kunci keberhasilan hubungan dengan sesama manusia. Hubungan yang dilandasi kejernihan hati akan tumbuh lebih sehat, baik dan konstruktif dengan siapapun. Karena hubungan yang dilandasi kejernihan hati akan mengedepankan kasih sayang, kejujuran, kebersamaan dan saling menghormati. Hubungan dengan sesama manusia akan terasa menyenangkan, menghadirkan kedamaian dan kebahagiaan. Dengan demikian akan semakin banyak orang lain yang akan memberikan dukungan bagi kesuksesan kita.

Dalam kehidupan sebaiknya jangan hanya mengandalkan kekuatan otak dan akal pikiran semata. Karena otak atau pikiran merupakan sesuatu yang terbatas dan bersifat sementara. Berusahalah mendengarkan suara hati nurani, menggunakan kekuatan hati yang positif sebagai pembimbing dalam kehidupan dan meningkatkan keberanian sehingga Anda mampu bertahan dan melewati segala rintangan. Karena dialah sesungguhnya diri sejati Anda. Hatilah tempat sifat mulia Allah swt Sang Pencipta bersemayam di dalam diri kita. Dengan senantiasa mendengarkan suara hati nurani berarti mendengarkan suara Allah. Dengan senantiasai menggunakan kekuatan hati berarti menggunakan kekuatan yang dianugerahkan Allah. Menjadikan hati sebagai pembimbing kehidupan, akan membawa manusia menjalani kehidupan dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan. Kalau seseorang dapat merasakan kedamaian hati dan kebahagiaan hati, maka akan memiliki hidup yang penuh dengan Sukses dan kemuliaan karena hati akan mantap sehingga timbul keberanian dalam melangkah dan berusaha.

“ Seberapa besar hidup yang Anda inginkan, akan sama halnya dengan seberapa besar resiko dan tantangan yang berani Anda ambil dalam kehidupan”. Tidak banyak orang yang berhasil mencapai tangga kesuksesan tanpa melewati pengorbanan dan kesulitan. Sebagian besar mereka yang berhasil mencapai tangga kesuksesan dalam kehidupan pernah mengalami berbagai tantangan, kesulitan dan pengorbanan. Namun mereka yang mencapai tangga kesuksesan ini tidak pernah menjadikan kesulitan, tantangan dan pengorbanan sebagai kegagalan. Mereka menjadikan kesulitan dan kegagalan sebagai bagian dari proses perjalanan suksesnya. Resepnya, antara lain, tidak mudah berputus asa, memiliki keberanian mengambil resiko yang terukur, berani mengambil tindakan. Kalau melakukan kegagalan, mereka berusaha memperbaikinya dan terus bekerja, hingga akhirnya mencapai kesuksesan.

Setiap pencapaian usaha menuju kebesaran hidup memerlukan keberanian menghadapi resiko dan tantangan yang lebih besar. Seberapa besar keberanian Anda menghadapi resiko, kesulitan dan tantangan yang datang akan menentukan seberapa besar kehidupan yang akan anda capai.

Dengan kata lain, semakin besar hidup yang anda inginkan, semakin tinggi tangga kesuksesan yang Anda inginkan, memerlukan semakin besar keberanian menghadapi resiko dan tantangan yang datang. Mohon diingat, bahwa saya dan anda semuanya adalah orang yang memiliki potensi untk mencapai sukses Mulia. Karena kita memiliki kuasa kekuatan luar biasa yang ada dalam diri kita. Maka berusahalah setiap saat selalu melipatgandakan kepercayaan diri, meningkatkan kompetensi diri dan bisa menghilangkan penyakit exucitis, penyakit mencari alasan. Apakah itu alasan yang berkaitan dengan kesehatan, intelejensia atau kecerdasan, usia, dan nasib dan lain sebagainya. Kita pun juga harus berani merubah setiap kelemahan yang kita rasakan menjadi kekuatan-kekuatan dalam diri kita. Harus berani mengubah kegagalan yang pernah kita alami menjadi kemenangan atau kesuksesan.

Untuk mencapai kesuksesan diperlukan keberanian secara terus menerus untuk mempelajari kelemahan kita dan berfokus pada kekuatan yang ada dalam diri kita. Dalam karier dan Bisnis misalnya, sangat wajar kalau kita belajar dari berbagai pengalaman yang pernah kita lakukan. Kita harus dapat belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan maupun kesalahan orang lain. Kita juga harus selalu siap menghadapi perubahan-perubahan yang selalu ada dalam kehidupan kita.

Upaya-upaya melakukan perubahan terbaik yang bersifat meninggikan kualitas pribadi kita menjadi sangat penting. Berinvestasilah ke dalam diri sendiri dengan terus meningkatkan kualiatas kecerdasan intelektual, emosianal dan spiritual Anda. Memiliki keinginan mencapai kesuksesan diperlukan juga setiap saat selalu membuka mata dan telinga terhadap suatu kesempatan atau peluang yang datang. Berani mengambil tindakan setiap mendapatkan peluang dan kesempatan yang memungkinkan pencapaian sukses kita. Bila kita mampu melakukan hal itu, tidak mustahil kesuksesan akan dapat kita raih.

Saya yakin, kita semua pasti mendambakan kesuksesan. Ingin memperoleh yang sebaik-baiknya dari perjalanan hidupnya. Tidak ada orang yang bisa mendapatkan kenikmatan dari hidup yang terus merangkak-rangkak, kehidupan yang setengah-setengah. Sukses Mulia berarti banyak hal yang mengagumkan dan positif dalam diri Anda. Sukses Mulia berarti kesejahteraan pribadi atau memiliki keamanan di bidang keuangan, memiliki ilmu pengetahuan luas sehingga mampu memaksimalkan diri untuk maju, memiliki kekuatan iman sehingga mampu mengisi kehidupan menjadi lebih bermakna dan berguna bagi masyarakat.

Diluar Pro dan Kontra tentang DBS, marilah kita kembalikan ke diri masing-masing. Semua pilihan tetap tergantung dengan anda, hati nurani anda serta pikiran anda, apakah anda memilih DBS sebagai jalan untuk memperoleh income tambahan ataupun untuk menghidupi keluarga…karena Andalah yang akan menjalaninya bukan oranglain dan mungkin atau pasti saja ada saja orang yang akan memberikan baik buruknya suatu usaha. Namun anda cermati lagi apakah orang tersebut memang tidak ingin anda maju atau menghalangi anda dengan berbagai cara karena orang tersebut akan menawarkan usaha yang sejenis dengan DBS (orang tersebut member usaha lain yang sejenis). Ingat keberanian Anda-lah yang menentukan Kesuksesan Anda sendiri….bukan orang lain!!!(windy – berbagai sumber)


Apa itu kunci keberhasilan hidup???

TIDAK semua mereka yang memiliki jabatan dan titel kesarjanaan tinggi
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Istilah kecerdasan emosional
adakalanya disebut EI (emotional intelligence), EQ (emotional
quotient), dan kecerdasan sosial.

Kecerdasan
emosional adalah kemampuan seseorang mengendalikan emosinya saat
menghadapi situasi yang menyenangkan maupun menyakitkan. Mantan
Presiden Soeharto dan Akbar Tandjung adalah contoh orang yang memiliki
kecerdasan emosional tinggi, mampu mengendalikan emosinya dalam
berkomunikasi.

Ketika membaca berita mengenai kekisruhan dalam
rapat antara DPR dan Kejaksaan Agung belum lama ini, pikiran saya
terdorong mengingat kembali teori Daniel Goleman seputar EQ untuk
menganalisa perilaku pejabat tinggi dan politisi di pentas publik.
Berdasar riset panjang, Goleman menyimpulkan, kecerdasan intelektual
bukan faktor dominan dalam keberhasilan seseorang, terutama dalam dunia
bisnis maupun sosial. Menurut Goleman, banyak sarjana yang cerdas dan
saat kuliah selalu menjadi bintang kelas, namun ketika masuk dunia
kerja menjadi anak buah teman sekelasnya yang prestasi akademiknya
pas-pasan.

Lalu, apa kunci keberhasilan hidup?

Menurut
dia, lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional, yaitu
aspek-aspek yang berkait dengan kepribadian, yang di dalamnya
setidaknya ada empat unsur pokok.
Pertama, kemampuan seseorang memahami dan memotivasi potensi dirinya.
Kedua, memiliki rasa empati yang tinggi terhadap orang lain.
Ketiga, senang bahkan mendorong melihat anak buah sukses, tanpa dirinya merasa terancam.
Keempat, asertif, yaitu terampil menyampaikan pikiran dan perasaan
dengan baik, lugas, dan jelas tanpa harus membuat orang lain
tersinggung.

Untuk mengukur apakah seorang pimpinan memiliki
kecerdasan emosional tinggi, jangan diukur dengan titel kesarjanaan dan
kepangkatannya, tetapi tanyakan pada mereka yang selalu berhubungan
dengannya, entah itu sopir, satpam, pembantu rumah tangga, anak buah,
keluarga, maupun teman. Dari merekalah akan terpantul citra kepribadian
seorang pemimpin, terutama di saat-saat seseorang terkondisikan untuk
marah.

Seberapa tinggi EQ seseorang mudah terlihat saat kritis,
ketika suasananya tidak menguntungkan, bahkan dalam posisi terancam.
Dengan tolok ukur ini kita mendapat kesan banyak pejabat tinggi yang
EQ-nya rendah meski titel akademisnya tinggi, termasuk dalam penguasaan
ilmu agama. Cirinya, pertama, jika bicara cenderung menyakiti dan
menyalahkan pihak lain sehingga persoalan pokok tergeser oleh
pertengkaran ego pribadi. Yang terjadi kemudian persoalan tidak
selesai, bahkan bertambah.

Kedua, rendahnya motivasi kinerja
anak buah untuk meraih prestasi karena tidak mendapat dorongan dan
apresiasi dari atasan. Pimpinan dengan EQ tinggi akan mampu memotivasi
diri, lalu beresonansi pada orang-orang di sekelilingnya, terutama anak
buahnya. Berdasarkan pengalaman memberi pelatihan di lingkungan
birokrasi pemerintahan maupun BUMN, ditemukan indikator kuat, hanya
sedikit pemimpin yang mampu memberi motivasi kerja pada anak buahnya.
Banyak pemimpin menjadi sasaran caci maki anak buah sehingga potensi
dan dedikasi anak buah tidak optimal untuk memajukan perusahaan.

-BEGITU rendahnya EQ sebagian pejabat tinggi kita, tidak mengherankan jika
produktivitas rendah, bahkan banyak terjadi kebocoran anggaran.
Menjelang akhir tahun, yang menjadi agenda utama adalah bagaimana
menghabiskan anggaran dan membuat laporan keuangan agar tampak mulus
meski hasil kinerjanya minus. Situasi ini dipertegas hasil penelitian
TII yang menyatakan perilaku korupsi birokrasi dan bisnis di Jakarta
sudah amat parah. Orang bukannya dipacu untuk meraih prestasi kerja,
tetapi dibuat pusing dan sibuk mengenal serta memberi servis pada
orang-orang yang dekat dengan pengambil keputusan.

Banyak mahasiswa dan sarjana terkesan idealis saat di kampus, tetapi terhanyut
begitu menjadi birokrat. Rasanya perlu dipikirkan adanya pekan
orientasi sarjana sebelum wisuda. Isinya, memberi peringatan disertai
data akurat bahwa setelah wisuda mereka akan memasuki dunia baru yang
penuh ranjau dan lingkungan kerja serta sosial yang telah
terkontaminasi virus korupsi dan manipulasi. Ini merupakan tugas akhir
almamater, memberi peringatan dan tanggung jawab moral pada
putra-putrinya agar memiliki komitmen untuk hidup terhormat, mengejar
karier dengan panduan skill dan suara hati.

PARA psikolog
mengatakan, rasa sukses dan bahagia akan diraih jika seseorang bisa
menggabungkan setidaknya tiga kecerdasan, yaitu intelektual, emosional,
dan spiritual.

Kecerdasan intelektual (IQ) berkait dengan
keterampilan seseorang menghadapi persoalan teknikal dan intelektual.
Jika pendidikan kita mengabaikan aspek keunggulan IQ, sulit bagi
Indonesia untuk bersaing dalam bidang sains dan teknologi pada
persaingan global.

Kini kita sudah merasakan betapa tertinggalnya kita dalam pendidikan sains. 
Pemerintah pun kurangmelakukan penjaringan siswa berbakat
untuk difasilitasi agar nanti menjadi ilmuwan tangguh.

EQ yang tinggi akan membantu seseorang
dalam membangun relasi sosial dalam lingkungan keluarga, kantor,
bisnis, maupun sosial. Bagi seorang manajer, kecerdasan emosional
merupakan syarat mutlak. Lagi-lagi amat disayangkan, pendidikan kita
miskin konsep dalam membantu mengembangkan EQ, bagi siswa maupun
mahasiswa. Pelatihan EQ ini amat penting guna menumbuhkan iklim
dialogis, demokratis, dan partisipatif karena semua menuntut adanya
kedewasaan emosional dalam memahami dan menerima perbedaan. Pluralitas
etnis, agama, dan budaya akan menjadi sumber konflik laten jika tidak
disertai tumbuhnya budaya dialogis dan sikap empati.

Tidak kalah
penting, kecerdasan spiritual (SQ) yang berkait dengan masalah makna,
motivasi, dan tujuan hidup sendiri. Jika IQ berperan memberi solusi
intelektual-teknikal, EQ meratakan jalan membangun relasi sosial, SQ
mempertanyakan apakah makna, tujuan, dan filsafat hidup seseorang.

Menurut
Danah Zohar dan Ian Marshall, penulis buku SQ, The Ultimate
Intelligence, tanpa disertai kedalaman spiritual, kepandaian (IQ) dan
popularitas (EQ) seseorang tidak akan memberi ketenangan dan
kebahagiaan hidup.

Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir,
berbagai pakar psikologi dan manajemen di Barat mulai menyadari betapa
vitalnya aspek spiritualitas dalam karier seseorang, meski dalam
menyampaikannya terkesan hati-hati. Yang fenomenal, tak kurang dari
Stephen R Covey meluncurkan buku The 8th Habit (2004), padahal selama
ini dia sudah menjadi ikon dari teori manajemen kelas dunia The Seven
Habits. Rupanya Covey sampai pada kesimpulan, kecerdasan
intelektualitas dan emosionalitas tanpa bersumber spiritualitas akan
kehabisan energi dan berbelok arah.

Di Indonesia, krisis
kepercayaan terhadap intelektualitas kian menguat saat bangsa yang
secara ekonomi amat kaya ini dikenal sebagai sarang koruptor dan
miskin, padahal hampir semua yang menjadi menteri maupun birokrat
memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Asumsi bahwa kesarjanaan dan
intelektualitas akan mengantar masyarakat yang damai dan bermoral
digugat Donald B Caine dalam buku: Batas Nalar, Rasionalitas dan
Perilaku Manusia yang sedang dibicarakan banyak orang. Mengapa bangsa
Jerman yang dikenal paling maju pendidikannya dan melahirkan banyak
pemikir kelas dunia pernah dan bisa berbuat amat kejam? Pertanyaan
serupa bisa dialamatkan kepada Inggris, Amerika Serikat, dan Israel

KEMBALI
pada soal EQ. Teori ini valid untuk melihat perilaku dan gaya
kepemimpinan seseorang dalam kelompok terbatas. Dalam wilayah sosial
dan politik, terlalu banyak variabel yang tidak cukup dianalisis dengan
teori EQ.

Namun satu hal pasti, kita mengharapkan negeri ini
diurus oleh mereka yang cerdas secara intelektual, emosional, dan
spiritual. Yaitu mereka yang kualitas akademisnya baik, mampu
berkomunikasi sosial secara simpatik, inspiring dan motivating, serta
memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai spiritual sebagai panduan
hidup. Jika ketiga kualitas ini tidak terpenuhi, sebaiknya minggir saja
atau bangsa ini akan kian hancur oleh perilaku pemimpinnya sendiri.*


ShoutMix chat widget

Mau punya buku tamu seperti ini bilang ke Orangnya
Atau klik Klik di sini (Info Blog)
Copyright 2010 JENIS TOWER LISTRIK
Lunax Free Premium Blogger™ template by Introblogger